
Puisi
Siti Surabaya, Antologi Kritik Sosial
Editor : Glori K. Wadrianto
Laporan wartawan KOMPAS Nina Susilo
Rabu, 19 Januari 2011 | 15:22 WIB
SURABAYA, KOMPAS.com — Surabaya berkembang menjadi kota dagang dan
industri. Perkembangan membawa ekses terutama pada tertinggalnya
kaum marjinal dari kemakmuran. Perkembangan Surabaya dari wilayah
yang asri menjadi kota dagang ditampilkan kuat dalam antologi puisi
karya F Aziz Manna, "Siti Surabaya dan Kisah Para Pendatang".
Direktur Magister Kajian Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Airlangga Diah Ariani Arimbi menjelaskan, Siti
menunjukkan makna perempuan atau tanah. Selain sebagai perempuan,
untuk Surabaya sebelum 1930, Aziz menampilkan tanah dan alam yang
indah dan asri.
Namun, perkembangan sebagai kota industri menyebabkan ekses
marjinalisasi warga miskin. Atas nama pembangunan dan percepatan
ekonomi, terjadi stres pada kelas buruh, sampah seusai pesta tahun
baru misalnya, dan komunitas jalanan. Karenanya, puisi-puisi Aziz
disebut Diah sebagai ekokritik.
Aziz tidak hanya melihat masalah kota, tetapi juga efek kehidupan
urban yang muncul. Novelis dan akademisi sastra, Soe Tjen Marching,
menambahkan, puisi-puisi Aziz menampilkan Surabaya, baik dari
kacamata warganya maupun orang luar Surabaya.
Tidak hanya nama-nama tempat di Surabaya yang menunjukkan
kesurabayaan, unsur lain seperti dolanan anak dan umpatan (pisuhan)
kentrung jancukan mewarnai puisi-puisi Aziz. Menurut Aziz yang
lulusan Jurusan Sejarah Universitas Airlangga, Surabaya seperti
peta yang menghapus garis-garisnya sendiri. Rencana tata ruang dan
wilayah (RTRW) sudah dibuat, tetapi akhirnya dilanggar.
Bedah buku yang dikemas Surabaya Culture Exhibition 2011 ini
diselenggarakan atas kerja sama Program Magister Kajian Sastra dan
Budaya FIB Unair, Forum Studi Sastra dan Seni Luar Pagar, dan
Komunitas Teater Gapus. Sebelum bedah buku, dipentaskan teater
"Gladi Resik" dari Komunitas Teater Gapus dengan sutradara Dheny
Jatmiko.
Selain itu, dilantunkan juga jula-juli yang disadur dari puisi Aziz
yang berjudul "Semakin". Pementasan ini juga diselenggarakan akhir
Februari 2011 di Malang, Madura, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar