Minggu, 30 Desember 2007

Ihwal Waru Doyong

disebabakan kawan yang mulai membuat catatan maya, saya pun turut tergoda mencoba. dan pilihan jatuh pada sebuah bentuk pohon waru yang 
doyong alias condong. pohon waru, kata orang, merupakan simbol cinta. itu lantaran 
bentuk daunnya yang seperti hati.  selain itu, waru merupakan nama daerah 
di mana saya bertempat rumah. lalu doyong? 
itu hanya sebuah bentuk keadaan 
di mana arah ranting dan daunan pohon yang bisa dijadikan peneduh. 
bukan sebuah lambang keruntuhan. bukan pula keberpihakan. 
untuk itu, jika ada berluang waktu, sudilah mampir di ruang mayaku. 
semoga bermanfaat.

2 komentar:

Ruang Guru IPS mengatakan...

DIATAS WARU DOYONG
seekor burung buntung berceriut
"adakah ini rumah saudaraku? sebatang pohon tua, rimbun dan melumut."
angin segera mendesau
mengaburkan warna daun
kuning kenanga
dan kenangan bersama ibu luruh melambai-lambai lalu runtuh
bergulir jatuh diatas daun waru
pada bilur-bilur nasib yang tercacat pada daun waru
seekor burung buntung terbang meninggalkan sarang jerami
jauh, jauh, jauh
tetapi angin tiba-tiba menderu
mengaburkan jalanan tanpa suluh
maka menarilah burung buntung
menari sedati, diatas pedati
sempat dia berseru
"Pohon waru, doyonglah kalau perlu
tetapi kenangan bersamamu mendekapkan ibu dalam tubuhku"

(www.ruangguruips.blogspot.com)
(www.warungdiskusisosial.wordpres.com)

FAZIZMANNA mengatakan...

seekor burung terpasung mendengar ceriut dendang seekor burung buntung
di sandaran sebuah rumah tua di bawah pohon waru yang doyong
bayangan induk semang memang kerap berkelebat
membekap seluruh arah yang ada
burung terpasung pun mengaung:
aku menungguimu untuk terakhir kali
di sebuah dipan berseprei putih
dengan doa
dengan luka
dengan cinta
dan aku mencintaimu
seperti luka
yang menggerogoroti nyawamu.